SUNAN CENDANA SANTRI GIRI



Santri, bermakna penuntut ilmu. Berasal dari kata shastri --- orang yang tahu buku suci agama Hindu [Puwadi, 2007]. Ia menambahkan dalam bukunya: Dakwah Wali Songo [Penyebaran Islam Berbasis Kultural di Tanah Jawa], bahwa, Raden Rahmad, dikenal memiliki kepekaan adaptasi. Caranya menanamkan akidah dari syariat sangat memperhatikan kondisi masyarakat. Shalat diganti 'sembahyang' [asal sembah dan hyang]. Tempat ibadah tidak dinamai mushalla, tapi 'langgar', mirip kata sanggar. 

Selain Ampel, Gresik sudah mulai memiliki penganjur agama, yaitu Abdul Faqih/Raden Paku/Sunan Giri. Selain sebagai mantu, ia juga sebagai santri, berakar ke berbagai lapisan. Ia pula yang mengirimkan utusan [mission secret] ke luar Jawa; Kalimantan, Nusa Tenggara Barat, Ternte, hingga Haruku di kepulauan Maluku. Santri-santri itu terdiri dari pelajar, bangsawan, dan saudagar.

Di Madura, ada Kholifah Husain, Raden Serono, dan Sunan Cendana [Muid Aziz, 1984]. Hikayat lain, ia nyantri di Ampel Denta. Tapi, secara angka tahun tidak memungkinkan karena Sunan Ampel dan Sunan Cendana kurang lebih berjarak satu abad.

Sangat sedikit sumber primer Kwanyar masa lampau. Sebaliknya yang dapat dijumpai adalah penutur tradisional, berupa tradisi lisan, babad, dan fragmen teks singkat yang kadang tidak dapat diterima oleh akal sehat.

Setelah menaklukkan Blambangan, Sunan Cendana menuju pantai Panarukan, di sinilah cerita masyhur dirinya naik ikan mundung [paus], ke tanah Pasèr, menuju Pakebunan rumah pamannya: Kiai Khotib.

Pada tahun1624, tentara Mataram tiba di tanah Madura. Sunan Cendana berada di pihak Mataram untuk ikut serta membantu menaklukkan pemberontakan Pangeran Mas. Setahun kemudian, 1625 Surabaya, dan Sunda Kelapa ditaklukkan. Tahun-tahun selanjutnya, di usia senja, selain bersyiar, ia juga menjadi mufti [juru penasehat agama] Raja Cakraningrat I. 

Ktètang, nama hunian pertama masyarkat setempat. Namun, Sunan Cendana tidak bertempat di sana. Ia memilih babad alas. Duko [bahasa Madura: rumah], dipilih sebagai tempat tinggal barunya [anyar]. Duko Anyar ini kemudian yang menjadi cikal bakal nama Koanyar [hunian baru]. Meski, ada beberapa asumsi lain yang sama-sama kuat untuk meraba toponim wilayah ini.

Kleppon abâddhâ dâun laos
Ampon ghân ka'dintoh saos

Selamat Merayakan Hari Santri.

Bangkalan, 22 Oktober 2021



Foto: jepretan sendiri

Komentar

Postingan Populer