MASJID JAMI' SUNAN CENDANA

MASJID JAMI'  SUNAN CENDANA

Oleh Muhlis

 

Lukisan ini, adalah representatif arsitektur masjid Sunan Cendana pada era kolonial Belanda hingga tahun 70-80-an. Masjid Jami' ini berlokasi di desa Ketetang, kecamatan Kwanyar Bangkalan.

Hari ini, melacak sisa bangunan tersebut sudah tak ada. Kecuali beduk, dan peninggalan di luar makbarahnya. Merestorasi bangunan secara keseluruhan tentu memiliki pertimbangan segi fungsi dan manfaat, namun mempertahankan sisi historis juga bagian dari merawat nilai filosofis.

Sunan Cendana (Syekh Zainal Abidin), dari garis ayah, merupakan putra dari Sayyid Hotib, putra Sunan Drajad, Putra Sunan Ngampel Denta. Dari garis ibu, putra Nyai Gedhe Kedaton, putra Pangeran Kulon, putra Sunan Giri Kedaton (babad Kwanyar).

Beliau diperkirakan lahir 1575, ada yang menyebut 1600 M. Seperti dua sisi mata pisau, beliau berada di antara dua sisi kehidupan: santri (Giri), militer (Mataram).

Lasem, Tuban, Surabaya, Sumenep, Arosbaya, pada tahun 1617, (mereka) para Bupati membangun aliansi pemberontakan terhadap Mataram. Sunan Cendana dipihak Mataram. Setelah tujuh tahun kemudian pemberontakan Arosbaya bisa diredam. Meski, kemenangan diperoleh pihak Mataram, namun 6000 prajuritnya gugur di medan perang.

Sejak Pangeran Mas tunduk pada Mataram, putra Pangeran Tengah, yaitu Pangeran Prasena penerus tahta Arosbaya dibawa Juru Kiting bersama pamannya dari Sampang (Pangeran Sertomerto) bersama 1000 tentara Madura. 

Selepas, menaklukkan Kertosono, kemudian Sunda Kelapa, Sunan Cendana diutus oleh Sultan Agung Mataram untuk kembali ke Madura, mendampingi roda baru kepemimpinan Pangeran Prasena, yang diberi gelar oleh Sultan Agung dengan sebutan (Pangeran Cakraningrat I) di Sampang.

Sultan Agung wafat, Amungkurat naik tahta. Ayah dan putera berlainan kepemimpinan. Suasana politik cukup berbeda. Sejak itu, Sunan Cendana undur diri dari urusan pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah. Faktor lain, usia senja. Beliau, ingin berdedikasi pada masyarakat dan syiar agama hingga berpulang pada Sang Pencipta.

Agama, seni, dan budaya: rekam jejaknya masih terasa. Tumbuh berkembang di tengah-tengah masyarakat Pulau Madura. Apa saja peninggalannya? Sambung di lain kesempatan...



Bangkalan, 24 Mei 2022


Muhlis: Peneliti.

Foto: Lukisan (tanpa nama pelukis, 2006) 

 

#Kwanyar 

#Sunan_Cendana

#Sejarah_Kwanyar

#Sejarah_Bangkalan

#seni_lukis_kwanyar

#Madura_Locus_Artandculture

 





Komentar

Postingan Populer