PERSEBARAN MANUSKRIP DI MADURA
![]() |
| Dokumentasi Manuskrip Al-Quran |
Bagian dari hasil budaya (kongkrit), produk teks tulis tangan (naskah) masih menyimpan segudang istri, eh, misteri. Ada banyak proyektil untuk mempreteli: filologi, histori, arkeologi, kodikologi, paleografi, dst.
Madura, belum memiliki dan memenuhi pergerakan susur ilmiah. Kalangan individu ada, terbatas. Kalangan institusi, niat (ada), langkah (menyusul). Mungkin...
Teks-teks itu bertebaran. Mulai dari ujung timur hingga barat. Mulai dari pesantren hingga akar rumput. Mulai dari pesisiran hingga perbukitan.
Di antara bentuk naskah tersebut, ada Naskah Pernasaban (geneologi), Tauhid, Tasawuf, Mujarobat, hingga Sastra/Serat Yusuf, yang diproyeksi ke dalam berbagai bentuk tradisi kemasyarakatan.
Yang patut dicatat dari teks-teks di atas adalah cara penulisannya. Sebagai sarana dakwah, cara yang baik sudah dilakukan dan menjadi pilihan pengarang dengan menggubah ke dalam langgam (bahasa Madura) yang mudah diingat dan tidak terkesan sebagai ajaran. Narasi yang dihadirkan begitu dinamis.
Semisal naskah Serat Yusuf ini, jika di daerah lain dibaca secara sambung-menyambung pada setiap acara kenduri tujuh bulanan (pèlèt kandung), di Kwanyar Bangkalan justru dibaca secara kolektif, dari satu rumah ke rumah lain, di malam Kamis (dalam satu minggu). Kelompok masyarakat tersebut, menamakan tradisi ini dengan (Kamisan). Bagaimana prosesi tradisi itu? Saya bahas di lain kesempatan.
Manuskrip ditulis Pegon Jawa, Madura, Arab, Melayu, atau hanacaraka? Gado-gado, Coy.
Poin utama, persebaran naskah cukup mengkhawatirkan. Sebagian besar belum tersentuh, berpeluang musnah, minim perawatan. Vulgar diperjual-belikan.
Bangkalan, 27 Juni 2022












Komentar