KIAI MINDRIS I JAKA TARUB
NGALAP BERKAH DAN NGAJI SILSILAH
KIAI JAKA TARUB (BHUJU' MINDRIS)
Wilayah
kampung Dhari (asal bahasa Madura: Bidhaddhari)
yang berarti bidadari. Nama ini yang kemudian menjadi nama kampung, terletak di desa Patereman, kecamatan Modung, kabupaten Bangkalan.
6 tahun penyusuran tentang siapakah Bhuju' Mindris? Orang-orang meyakininya (Jaka Tarub). Pencarian berbuah manis.
Petunjuk berawal dari seorang perempuan pencari kayu bakar. Ia menuntun ke n'dalem (narasumber).
Di
halaman rumah sederhana, si pengantar menemui laki-laki sepuh; ada tamu dari
jauh. Si pengantar pamit. Saya mengangguk disertai ucap terimakasih. Saya datang bertiga, bersama Gus Yanto dan Gus Roni. Tuan rumah menghampiri. Kami bersalaman. Kami diterima sangat ramah. Seperti anak dan orangtua berpuluh-puluh tahun terpisah.
Kami cerita panjang lebar. Darimana, dan bagaimana para orangtua terdahulu kami sering menyambangi makam Kiai Mindris. Pun ingin mengorek sedikit demi sedikit; jalinan kedekatan para leluhur kami semasa itu? Adakah pertalian darah atau ketersambungan ilmu antara santri dan kiai? Laki-laki di hadapan kami adalah generasi ke-5 dari Kiai Mindris: berputra
Bhuju' Nipah, berputra Bhuju' Agung, berputra Maginten, berputri Nyai Siara,
berputra Abah (nara sumber).
Lembar
demi lembar naskah ia suguhkan. Kemudian, ia baca dengan detail. Satu persatu.
Diulas. Penuh kehati-hatian. Berulang kali, ia selipi kalimat yang menunjukkan
bahwa laki-laki sepuh tersebut berhati lemah lembut: naskah apapun, demikian
juga 'naskah' di hadapan, Jenengan, tentu akan memiliki kekurangan di
sana-sini, Nak.
'Hulu
dan hilir Kiai Mas Dairi/ Bhuju' Midris dengan nama laqob (Jaka Tarub) adalah
darah Sunan Cendana dan sangat erat dengan nenek moyangmu, di Gunung Sereng':
terangnya. Naskah beliau saya padu padankan dengan naskah yang saya miliki.
Nama-nama tokoh Gunung Sereng bagian dari muara cinta. Beranak-pinak satu
saudara. Terjawab sudah, kenapa sesepuh desa kami, dahulu begitu sering ziarah
ke kuburan ini? Mata saya berkaca-kaca.
Sebelum
saya mengajukan pertanyaan terakhir sebagai penutup pertemuan yang sudah sangat larut malam, ia sudah telebih dahulu menjawabnya: Mbah Soleh (santri Sunan
Ampel), wafat hingga 9 kali. Pun jika Jaka Tarub hidup dan matinya dimana-mana,
Wallahu'a'lam.
Abah,
menutup dengan mengangkat kedua telapak tangan. Kedua kaki kami melangkah
pulang dengan berat dan cerita panjang yang belum usai.
Bangkalan,
09 Juni 2020










Komentar